Dr. dr. R.H. Soeharto Sastrosoeyoso (lahir di Tegalgondo,
Klaten, Jawa Tengah, 24 Desember 1908 - meninggal di Jakarta, 30 November 2000
pada umur 91 tahun) adalah mantan menteri yang menjabat selama Demokrasi
Terpimpin sejak 1959-1966, beliau adalah putra dari R. Sastro Soejoso, atau
cucu dari R. Prawiro Soeparto, atau Cicit dari R Kyai Sosroredjo (Palang Dolopo
& Mantri Bupati Madiun) bin R. Kyai Ageng Gajah Surengpati (Wedono Prajurit
ing Madiun) bin R. Tirtosentiko I (Mantri Emban Kraton Jogyakarta) bin R.
Tumenggung Kudonowarso (Patih & Penasihat Pangeran Sambernyowo / KGPAA
Mangkunegoro I).
Pendidikan
· Europese Lagere School (ELS) Solo dan
Madiun.
· Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
Madiun, lulus 16 Mei 1925.
· Algemeene Middelbare School (AMS) B di
Yogyakarta, lulus 16 Mei 1928.
· Fakultas Medica Bataviensis, Sekolah
Tinggi Kedokteran Jakarta (STK); gelar Arts (dokter), tanggal 25 Mei 1935.
· Asisten STK
sampai tanggal 1 Januari 1937; sore dan malamnya magang di polilinik umum dan
klinik bersalin "Pasar Senen" di bawah pimpinan Dr. Tumbelaka, Insp.
DVG dan para dokter senior yang menjalankan praktik kedokteran keluarga seperti
dr. Latip, dr. Kayadu, dr. Tehupeiory dan dr. Sugiri.
· Meraih gelar
ilmiah Medicinae Doctorem (Doctor) dari Fakultas Medica Bataviensis; gelar itu
untuk pertama kalinya diberikan kepada alumnusnya (14 April 1937).
Pekerjaan
Sebelum Kemerdekaan s.d. Masa Demokrasi Liberal
· 1937-1942:
menjalankan praktik kedokteran keluarga (huisarts), serta mendirikan dan
mengelola klinik bersalin kecil di Kramat 128 pavilyun.
· 1942-1945:
tetap menjalankan praktik; menjadi dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta.
· Oleh Bung Karno
diberi tugas memimpin bagian Kesehatan Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), di bawah
pimpinan Empat Serangkai, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
K.H. Mansyur.
· Oleh Bung
Hatta, selaku Kepala Kantor Penasehat Gunseikanbu, ditugaskan memberikan
pelayanan kesehatan kepada para calon pegawai dan pegawai Pangreh Praja se-Jawa
yang sedang dilatih di Jakarta, serta memberikan pelayanan kesehatan kepada
para abang beca, yang pada waktu itu di Jakarta berjumlah 6.000-7.000 orang.
· Dalam pengurus
Fonds Kemerdekaan Indonesia (FKI) Pusat, yang dipimpin oleh Bung Hatta,
didudukkan sebagai Bendahara kemudian Wakil Ketua.
· Sebagai dokter
pribadi dan pembantu Dwi Tunggal mengikuti berbagai perjalanan, antaranya ke
Bali untuk mengadakan pembicaraan dengan Laksamana Shibata di Singaraja; ke
Dalat (Indo China) tatkala Bung Karno dan Bung Hatta dilantik oleh Marsekal
Terauchi menjadi Ketua dan Wakil Ketua Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; dan akhir Agustus 1945
dilantik sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat.
· Sebagai anggota
Pengurus FKI Pusat diangkat menjadi anggota Pusat Bank Indonesia (Maklumat
Pemerintah, 9 Oktober 1945).
· 1946-1948
(hijrah ke Yogyakarta).
· Diangkat
menjadi Kepala Administrasi Pusat (AMP) Kementerian Pertahanan RI di
Yogyakarta, dengan pangkat Mayor Jenderal merangkap dokter pribadi Presiden
(sebelumnya adalah dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta).
· Sejak
pertengahan 1948 sampai akhir 1949 nonaktif karena lumpuh badan sebelah kiri
dan dirawat oleh Prof. dr. Slamet Iman Santoso di RSCM.
· 1950:
kembali bertugas sebagai dokter pribadi Presiden, sampai akhir 1966.
· 1950-1959
· Dengan SK
Menteri Petahanan Ir. Djuanda diangkat menjadi anggota Staf Front Pembebasan
Irian Barat, dengan pangkat Kolonel kehormatan (16 Agustus 1958).
· Pangkat ini
kemudian dtingkatkan menjadi Brigjen TNI-AD, dengan SK Presiden No.137/M/1961,
tanggal 14 Maret 1961, dan Mayjen Kehormatan TNI-AD, dengan SK Presiden
No.144/AB-AD tahun 1964, tanggal 7 Agustus 1964, dan dilantik oleh Jenderal A.
Yani pada tangga; 18 Agustus 1964.
· Sebagai dokter
pribadi Presiden mengikuti beliau dalam kunjungan kenegaraan ke berbagai
negara, dan dalam tahun 1955 menyertai beliau menunaikan ibadah haji.
· Sebagai dokter
pribadi Presiden mengikuti ia dalam kunjungan kenegaraan ke berbagai negara,
dan dalam tahun 1955 menyertai ia menunaikan ibadah haji.
Demokrasi Terpimpin
· Juli 1959 -
Oktober 1966
· Menteri
Muda/Menteri/Menko dalam Kabinet Kerja dan Kabinet Dwikora resp.
· Menteri
Muda/Menteri Perindustrian Rakyat, 13 Juli 1959-5 Maret 1962.
· Menteri
Perdagangan, 6 Maret 1962-13 November 1963.
· Menteri
Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional merangkap Urusan Penerbitan Bank dan
Modal Swasta, 13 November 1963-1 Agustus 1964.
· Menteri
Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional, 27 Agustus 1964-25 Juli
1966, dengan catatan: antara 24 Februari-27 Maret 1966 ditugaskan sebagai Menko
Keuangan.
· Pensiun
sebagai Menteri dengan SK Presiden RI tanggal 3 Oktober 1966
No.56/Pens/Th.1966.
· Mengikuti
perjalanan Presiden ke seluruh pelosok tanah air dan ke berbagai negara di
dunia, dan senantiasa diikutsertakan sebagai anggota delegasi yang langsung
dipimpin oleh Presiden.
· Dengan SK
Presiden tanggal 23 Agustus 1967 No.127 Tahun 1967, diberhentikan dengan hormat
sebagai anggota tim dokter-dokter pribadi Presiden.
· Anggota
MPRS, 1962-1967, dengan No. 209 C.
· Direktur Utama
PT Department Store Sarinah, 1962-1967. Wakil bendahara Panitia Monumen
Nasional dan Masjid Istiqlal. Ketua Panitia Penyusun naskah buku "20 Tahun
Indonesia Merdeka" (ke-9 jilid buku ini sudah dapat diselesaikan).
· Memberi
pengarahan pembuatan film "Indonesia Builds" (sudah selesai dibuat
oleh Perusahaan Film Belanda Carillon Films).
Setelah Pensiun
Kembali menjalankan praktek dokter sampai tahun 1978 dan
sejak pensiun dari kedokteran aktif dalam perkumpulan profesi dan organisasi
sosial.
· Anggota
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia periode 1980-1982.
· Salah seorang
pembina Kelompok Studi Dokter Keluarga.
· Anggota Lions
Club, antara lain dipilih sebagai District Governor 307 Lions Club
International periode 1978-1979.
· Penasihat OISCA
(Organization of Industrial, Social, Cultural Advancement) chapter Indonesia,
yang berpusat di Jepang.
Penghargaan
Penghargaan yang diterima dari berbagai instansi, di
antaranya:
1. Pengangkatan oleh Panglima Divisi Siliwangi, pangkat Kapten Kehormatan dan cincin Siliwangi.
2. Pernyataan terima
kasih dari Inspektur Keuangan Angkatan Darat dalam memelopori pembentukan dan
pembinaan Djawatan KUAD sejak 1945.
3. Satyalencana
Peristiwa Perang Kemerdekaan I.
4. Pengangkatan
sebagai anggota Dewan Pleno Pusat Legiun Veteran RI pada tanggal 24 Januari
1967 (pada waktu itu belum mendaftarkan diri sebagai veteran).
5. Surat penghargaan
dari Direksi BNI 46, tanggal 5 Juli 1976.
6. Surat pribadi
dari Pak Dirman, tanggal 1 Desember 1949, yang sungguh-sungguh mengharukan
hati.
7. Berbagai bintang
dari negara-negara lain, waktu menyertai Presiden dalam kunjungan
kenegaraannya, di antaranya yang disenangi adalah bintang AQUILA AZTECA dari
Presiden Mexico, dan diangkat menjadi warga kehormatan Aqapulco.
Dengan SK BAKN tanggal 25 Agustus 1982
No.115/BPN/KNIP/5/1982 diberi tunjangan kehormatan sebagai anggota KNIP.
Kegiatan dalam organisasi
Anggota Jong Java mulai murid MULO, AMS B, dan duduk dalam
PB Jong Java yang terakhir. (1928).
· Anggota Jong
Islamieten Bond (1926-1928).
· Anggota
Indonesia Muda (1929-1931).
· Anggota
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (1931-1936).
· Setelah
menjadi dokter menggabungkan diri pada Parindra dan setelah 1945 anggota PNI.
· Waktu di
Yogyakarta (1946-1948) duduk dalam Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada
dengan susunan pengurusnya;
- Ketua: Mr. Budiarto, Wakil Ketua: dr. Sukiman, Sekretaris: dr. Buntaran, Bendahara: dr. Soeharto, dengan anggota-anggotanya, antara lain: BPH Bintoro, H. Farid Ma'ruf, Mr. Mangunjudo, KRT Notojudo, KHP Nototaruno, Prof. Rooseno, Mr. Sunaryo, Dr. Priyono dan lain-lain.
- Ketua Dewan Kurator adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Ketuanya adalah Ki Hadjar Dewantara.
· 1950
memprakarsai berdirinya Ikatan Dokter Indonesia sebagai fusi dari Perkumpulan
Thabib Indonesia (ketua Dr. Rasyid) dan Perkumpulan Dokter Indonesia (dbp. dr.
Darmasetiawan), dalam IDI, semula duduk dalam PB sebagai sekretaris dan
kemudian beberapa kali sebagai ketua umum.
· Anggota
Dewan Ekonomi Indonesia Pusat (DEIP).
· Akhir 1957 memprakarsai berdirinya
Perkumpulan Keluarga Berencana menjadi Ketua Pengurus pertama sampai akhirnya
masuk dalam kabinet.
· Selaku Ketua
Umum PB IDI hadir pada First World Conference on Medical Education (London
1953), memasukkan IDI dalam World Medical Association, waktu menghadiri General
Assembly di Den Haag tahun 1953, mengetuai tim dokter ke RRC, tahun 1956, dan
berpartisipasi dalam pendirian CMAAO (Confederation of Medical Associations in
Asia and Oceania) di Manila; CMAAO ini, tahun 1981 mengadakan kongresnya yang
ke XII di Seoul, Korea Selatan.
· Anggota
Lions Club Jakarta Kebayoran sejak tahun 1971 sehingga sekarang, dan pernah
memimpin organisasi Lions Indonesia sebagai District Governor 307 Lions Club
International tahun 1978-1979. Pelantikannya berlangsung di Tokyo, Juni 1978.
· Dalam
Muktamar IDI ke-XVIII, 19-21 Desember 1982 dipilih sebagai Ketua Dewan
Penyantun, masa bhakti 1982-1985 dan sejak awal tahun 1984 oleh DPP PDI
diangkat menjadi anggota Badan Penelitian dan Pengembangan Partai Demokrasi
Indonesia.
Gelar Pahlawan Nasional dan Nama Jalan
Awal tahun 2022 Bupati Klaten Sri Mulyani menyatakan Pemkab
Klaten mengusulkan nama R Soeharto untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional
dari pemerintah pusat. R Soeharto merupakan tokoh kelahiran Desa Tegalgondo,
Kecamatan Wonosari, Klaten.
"Beliau ini (R Soeharto) menjadi dokter pribadinya
Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Jasa beliau sangat luar biasa," ungkap
Bupati Klaten, Sri Mulyani kepada detikJateng.
Dijelaskan Sri Mulyani selain menjadi dokter pribadi Bung
Karno, R Soeharto juga memiliki banyak ide pembangunan yang dipakai Bung Karno.
Bahkan juga pernah mengemban beberapa jabatan penting.
"Gagasan beliau, ide beliau didengar Ir Soekarno.
Pernah menjabat beberapa menteri, kapasitas sangat mumpuni, serta layak dan
tokoh ini kelahiran Klaten sehingga kita ingin ada tokoh Klaten yang jadi
pahlawan Nasional," imbuh Sri Mulyani.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten resmi menetapkan ruas
jalan Gebyok-Jimbung dengan nama Jalan Dr. R. Soeharto. Penamaan tersebut
merupakan bentuk apresiasi dan penghormatan kepada Dr. R. Soeharto.
Bupati Klaten, Sri Mulyani hadir secara langsung untuk meresmikan Jalan Dr. R. Soeharto di Aula Kantor Desa Jimbung, Kalikotes, Jumat (27/5/2022). Penamaan Jalan Dr. R. Soeharto termaktub dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Klaten Nomor 662/157 Tahun 2022 dan memiliki panjang 2,71 kilometer dari simpang empat Gebyok sampai dengan simpang tiga Rawa Jombor.
Peresmian Jalan Dr. R. Soeharto ditandai dengan pembukaan
selubung papan nama jalan oleh Bupati Klaten. Acara tersebut turut dihadiri
pihak keluarga almarhum Dr. R. Soeharto dan sekaligus menerima SK penamaan ruas
jalan tersebut.
Dr. R. Soeharto adalah putra asli Klaten kelahiran Desa
Tegalgondo, Kecamatan Wonosari dan dikenal sebagai dokter pribadi Bung Karno
dan Bung Hatta. Oleh Pemkab Klaten dan Pemprov Jawa Tengah, nama Dr. R.
Soeharto diusulkan sebagai pahlawan nasional atas peran dan perjuangannya sejak
berkiprah di Jong Islamieten Bond, menjadi pengurus besar Jong Java mengikuti
Kongres Pemuda II (yang melahirkan Sumpah Pemuda). Perannya juga tercatat di
Pusat Tenaga Rakyat dan peristiwa-peristiwa penting dan krusial sebelum dan
pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, serta perannya dalam pendirian berbagai
institusi penting negara.
Bupati Klaten Sri Mulyani mengatakan selain apresiasi,
penamaan jalan ini juga sebagai bentuk upaya Pemkab Klaten untuk mendukung
pengusulan gelar pahlawan nasional. Sehingga Dr. R. Soeharto dikenal luas oleh
masyarakat, khususnya warga Klaten.
“Salah satu persyaratan pengusulan pahlawan nasional adalah
namanya telah diabadikan melalui sarana monumental di daerah asal sehingga
dapat dikenal oleh masyarakat luas dan Almarhum Bapak DR R Soeharto ini putra
asli Klaten yang lahir di Desa Tegalgondo, calon pahlawan nasional pertama dari
Klaten,” ungkapnya.
Adapun pemilihan ruas jalan tersebut dengan nama Dr. R.
Soeharto yakni karena ruas jalan tersebut merupakan sambungan dari Jalan Ir.
Soekarno yang telah diresmikan Pemkab Klaten sebelumnya. Perwakilan pihak
keluarga, Dewi Kamaratih Soeharto menyampaikan letak ruas jalan tersebut
menggambarkan kedekatan ayahanda dengan pemimpin bangsa sekaligus sahabat
seperjuangan, Bung Karno.
“Melalui acara ini, kami berharap bisa menjadi bagian dari
pembangunan Kabupaten Klaten, seperti nasehat Romo Dr. R. Soeharto kepada
anak-anaknya agar menjadi manusia berguna, yang senang berbuat kebaikan, saling
menasehati dengan kebenaran, serta bermanfaat bagi banyak orang,” paparnya.
Referensi
· Tautan Rahadian, Arief. "Mengenal Dr. R Soeharto, Sang "Bapak" PKBI". Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia. Diakses tanggal 16 November 2019.
· Tautan Wikipedia Bahasa Indonesia, Soeharto Sastrosoeyoso.
· Artikel
detik Jateng, Mengenal R Soeharto, Dokter Pribadi Bung Karno Asal Tegalgondo
Klaten. Buku Saksi Sejarah, DR. R. Soeharto (1984). Jakarta, PT Gunung Agung.
· Artikel
Website Pemkab Klaten, Ruas Jalan Gebyok-Jimbung Resmi Dinamai Jalan
Dr.R.Soeharto
· Buku Saksi
Sejarah, DR. R. Soeharto (1984). Jakarta, PT Gunung Agung.