Senin, 31 Januari 2022

CERITA SEDIKIT DIBALIK EDARNYA BUKU KISAH BRANG WETAN









Cover Buku Kisah Brang Wetan


Buku Kisah Brang Wetan yang telah diterjemahkan oleh Karsono Hardjoseputro adalah buku yang berdasarkan Babad Alit karya (NN) dan Babadé Nagara Patjitan adalah karya Eyang Gandaatmadja (membacanya: Gondoatmodjo), beliau Eyang Gondoatmodjo bukan hanya menyajikan sejarah Ponorogo dan Pacitan, melainkan juga seluruh sejarah Madiun Raya bahkan sampai ke Surakarta, Trenggalek, Kediri, hingga Pajajaran di Jawa bagian barat. Kedua babad, Babad Alit (NN, 1911) dan Babadé Nagara Patjitan (Gandaatmadja, 1924), belum banyak dikenal. Dalam berbagai tulisan yang mengulas sejarah wilayah Brang Wétan (kini Jawa Timur), kedua babad ini belum dijadikan sumber rujukan. Tampaknya, sebelum sempat dibaca banyak orang, kedua babad telah berpindah ke luar negeri dan menjadi bagian dari Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda. Kini, keduanya telah “pulang kampung”, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan menjadi satu buku.

Terjemahan tersebut juga disertai lampiran berupa catatan harian kapal Belanda, Pollux, yang sempat membuang sauh di Pacitan pada masa Perang Jawa. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah menguji keandalan teks-teks babad tradisional dengan sumber Eropa seperti ini. Perkembangan penelitian sejarah kiwari (majalah kebudayaan berbahasa sunda) telah menunjukkan bahwa historiografi tradisional seperti babad juga mengandung informasi penting, sehingga sejarah setempat dapat ditulis dengan lengkap. Karena itu, kehadiran buku ini diharapkan membuka kesempatan bagi sejarawan dan masyarakat luas untuk merangkai kembali sejarah Madiun Raya yang lebih lengkap.

Kegemaran Eyang Gondoatmodjo dalam menulis buku tidaklah diragukan, selain informasi yang berharga dari Dik Akhlis Syamsal Qomar saat kami bertemu di Dolopo, waktu itu saat sowan ke nDalem Eyang Gondoatmodjo kami mendapatkan informasi bahwa di nDalem (Rumah) beliau terdapat tempat berupa bak berdinding untuk mencuci kulit lembu yang disinyalir sebagai bahan untuk membuat sampul buku, juga terdapat peninggalan Eyang Gondoatmodjo berupa dua poster lukisan cetakan terbitan Bale Pustaka, atau lebih tepatnya Lampiran dari Majalah KADJAWAN Wedalan Bale Poestaka, dan lalu terdapat sebuah kamar yang diatas pintunya bertuliskan huruf aksara Jawa "Panti Panurat 1934" (artinya : Tempat Menulis 1934) yang kemungkinan tempat itu selesai dibangun tahun 1934, dan selain bukti-bukti tadi ialah Ayahanda beliau sendiri, ibarat peribahasa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, yang mana Ayahanda beliau yaitu Eyang R.Gondowerdoyo juga seorang penulis babad, selain menulis babad Gajah Surengpaten dan babad Sewulan yang kini belum diketemukan keberadaannya, beliau menulis Babad Madja dan Babad Nglorog yang pernah dicetak oleh Bale Pustaka Batavia Centrum tahun 1935, konon buku babad tersebut ternyata sampai detik ini masih ada yang tersisa dan menjadi buku terlangka koleksi Perpustakan Universitas Gajah Mada (UGM), dengan No. Inventaris 17/3115 Pus/T/H/0.1 Klas 959.828 yang dihibahkan oleh Ir. Koko Widayatmoko pada tahun 2016.

Bagi saya pribadi sangatlah mengharukan yang mana foto sebuah lukisan diri Eyang Gandaatmadja (Gondoatmodjo) sang penulis naskah Babade Nagara Patjitan disertakan didalam halaman buku Kisah Brang Wétan, lukisan diri beliau tersebut saya potret ulang dengan sebuah Digital Camera di dalam nDalem Eyang Gondoatmodjo, dan tentunya atas seijin Mbak Atik kerabat saya Trah Sosroredjan, Sewulan, & Prawirodirdjan yang kini mendiami nDalem Eyang Gondoatmodjo. Dan hal ini tentunya adalah peran Dik Akhlis Syamsal Qomar yang juga selaku asisten Prof. Peter Carey. Sekiranya kini suwargi Eyangpuh (Eyang Sepuh) Buyut Gondoatmojo juga turut bergembira atas usaha-usaha para akademis sejarawan yang bergerak dibidangnya untuk mengangkat karya tulisan beliau, demi pengetahuan sejarah Indonesia. Al-Fatihah.


             Lukisan wajah diri Eyang R. Gondoatmodjo terdapat diatas Pintu di dalam nDalem beliau          

  
                    

   

 Bak berdinding tempat untuk mencuci Kulit

   

 Panti Panurat 1934 (Tempat menulis)

 

 

 

 

 

 

 

 


DUKUH SANGGRAHAN TEMPAT ASAL IBUNDA PAHLAWAN NASIONAL H. Dr. R. SOEHARTO SASTROSOEYOSO

Ibundanya memiliki bakat dalam mengobati dan menyembuhkan orang sakit, ternyata pekerjaan mulia tersebut menurun kepada putranya H. Dr. R. S...