Minggu, 14 Agustus 2022

Dr. dr. H. R. Soeharto Sastrosoeyoso (Dokter Pribadi Sang Proklamator Kemerdekaan RI)


Dr. dr. R.H. Soeharto Sastrosoeyoso (lahir di Tegalgondo, Klaten, Jawa Tengah, 24 Desember 1908 - meninggal di Jakarta, 30 November 2000 pada umur 91 tahun) adalah mantan menteri yang menjabat selama Demokrasi Terpimpin sejak 1959-1966, beliau adalah putra dari R. Sastro Soejoso, atau cucu dari R. Prawiro Soeparto, atau Cicit dari R Kyai Sosroredjo (Palang Dolopo & Mantri Bupati Madiun) bin R. Kyai Ageng Gajah Surengpati (Wedono Prajurit ing Madiun) bin R. Tirtosentiko I (Mantri Emban Kraton Jogyakarta) bin R. Tumenggung Kudonowarso (Patih & Penasihat Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mangkunegoro I).


Pendidikan

· Europese Lagere School (ELS) Solo dan Madiun.

· Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Madiun, lulus 16 Mei 1925.

· Algemeene Middelbare School (AMS) B di Yogyakarta, lulus 16 Mei 1928.

· Fakultas Medica Bataviensis, Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (STK); gelar Arts (dokter), tanggal 25 Mei 1935.

· Asisten STK sampai tanggal 1 Januari 1937; sore dan malamnya magang di polilinik umum dan klinik bersalin "Pasar Senen" di bawah pimpinan Dr. Tumbelaka, Insp. DVG dan para dokter senior yang menjalankan praktik kedokteran keluarga seperti dr. Latip, dr. Kayadu, dr. Tehupeiory dan dr. Sugiri.

· Meraih gelar ilmiah Medicinae Doctorem (Doctor) dari Fakultas Medica Bataviensis; gelar itu untuk pertama kalinya diberikan kepada alumnusnya (14 April 1937).


Pekerjaan

Sebelum Kemerdekaan s.d. Masa Demokrasi Liberal

· 1937-1942: menjalankan praktik kedokteran keluarga (huisarts), serta mendirikan dan mengelola klinik bersalin kecil di Kramat 128 pavilyun.

·  1942-1945: tetap menjalankan praktik; menjadi dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta.

· Oleh Bung Karno diberi tugas memimpin bagian Kesehatan Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), di bawah pimpinan Empat Serangkai, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mansyur.

·  Oleh Bung Hatta, selaku Kepala Kantor Penasehat Gunseikanbu, ditugaskan memberikan pelayanan kesehatan kepada para calon pegawai dan pegawai Pangreh Praja se-Jawa yang sedang dilatih di Jakarta, serta memberikan pelayanan kesehatan kepada para abang beca, yang pada waktu itu di Jakarta berjumlah 6.000-7.000 orang.

· Dalam pengurus Fonds Kemerdekaan Indonesia (FKI) Pusat, yang dipimpin oleh Bung Hatta, didudukkan sebagai Bendahara kemudian Wakil Ketua.

· Sebagai dokter pribadi dan pembantu Dwi Tunggal mengikuti berbagai perjalanan, antaranya ke Bali untuk mengadakan pembicaraan dengan Laksamana Shibata di Singaraja; ke Dalat (Indo China) tatkala Bung Karno dan Bung Hatta dilantik oleh Marsekal Terauchi menjadi Ketua dan Wakil Ketua Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; dan akhir Agustus 1945 dilantik sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat.

· Sebagai anggota Pengurus FKI Pusat diangkat menjadi anggota Pusat Bank Indonesia (Maklumat Pemerintah, 9 Oktober 1945).

· 1946-1948 (hijrah ke Yogyakarta).

· Diangkat menjadi Kepala Administrasi Pusat (AMP) Kementerian Pertahanan RI di Yogyakarta, dengan pangkat Mayor Jenderal merangkap dokter pribadi Presiden (sebelumnya adalah dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta).

· Sejak pertengahan 1948 sampai akhir 1949 nonaktif karena lumpuh badan sebelah kiri dan dirawat oleh Prof. dr. Slamet Iman Santoso di RSCM.

· 1950: kembali bertugas sebagai dokter pribadi Presiden, sampai akhir 1966.

· 1950-1959

· Dengan SK Menteri Petahanan Ir. Djuanda diangkat menjadi anggota Staf Front Pembebasan Irian Barat, dengan pangkat Kolonel kehormatan (16 Agustus 1958).

· Pangkat ini kemudian dtingkatkan menjadi Brigjen TNI-AD, dengan SK Presiden No.137/M/1961, tanggal 14 Maret 1961, dan Mayjen Kehormatan TNI-AD, dengan SK Presiden No.144/AB-AD tahun 1964, tanggal 7 Agustus 1964, dan dilantik oleh Jenderal A. Yani pada tangga; 18 Agustus 1964.

· Sebagai dokter pribadi Presiden mengikuti beliau dalam kunjungan kenegaraan ke berbagai negara, dan dalam tahun 1955 menyertai beliau menunaikan ibadah haji.

· Sebagai dokter pribadi Presiden mengikuti ia dalam kunjungan kenegaraan ke berbagai negara, dan dalam tahun 1955 menyertai ia menunaikan ibadah haji.

 


Demokrasi Terpimpin

· Juli 1959 - Oktober 1966

·  Menteri Muda/Menteri/Menko dalam Kabinet Kerja dan Kabinet Dwikora resp.

·  Menteri Muda/Menteri Perindustrian Rakyat, 13 Juli 1959-5 Maret 1962.

·  Menteri Perdagangan, 6 Maret 1962-13 November 1963.

·  Menteri Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional merangkap Urusan Penerbitan Bank dan Modal Swasta, 13 November 1963-1 Agustus 1964.

·  Menteri Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional, 27 Agustus 1964-25 Juli 1966, dengan catatan: antara 24 Februari-27 Maret 1966 ditugaskan sebagai Menko Keuangan.

· Pensiun sebagai Menteri dengan SK Presiden RI tanggal 3 Oktober 1966 No.56/Pens/Th.1966.

·  Mengikuti perjalanan Presiden ke seluruh pelosok tanah air dan ke berbagai negara di dunia, dan senantiasa diikutsertakan sebagai anggota delegasi yang langsung dipimpin oleh Presiden.

·  Dengan SK Presiden tanggal 23 Agustus 1967 No.127 Tahun 1967, diberhentikan dengan hormat sebagai anggota tim dokter-dokter pribadi Presiden.

·  Anggota MPRS, 1962-1967, dengan No. 209 C.

· Direktur Utama PT Department Store Sarinah, 1962-1967. Wakil bendahara Panitia Monumen Nasional dan Masjid Istiqlal. Ketua Panitia Penyusun naskah buku "20 Tahun Indonesia Merdeka" (ke-9 jilid buku ini sudah dapat diselesaikan).

· Memberi pengarahan pembuatan film "Indonesia Builds" (sudah selesai dibuat oleh Perusahaan Film Belanda Carillon Films).

 

Setelah Pensiun

Kembali menjalankan praktek dokter sampai tahun 1978 dan sejak pensiun dari kedokteran aktif dalam perkumpulan profesi dan organisasi sosial.

· Anggota Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia periode 1980-1982.

· Salah seorang pembina Kelompok Studi Dokter Keluarga.

· Anggota Lions Club, antara lain dipilih sebagai District Governor 307 Lions Club International periode 1978-1979.

· Penasihat OISCA (Organization of Industrial, Social, Cultural Advancement) chapter Indonesia, yang berpusat di Jepang.

 

Penghargaan

Penghargaan yang diterima dari berbagai instansi, di antaranya:

1.   Pengangkatan oleh Panglima Divisi Siliwangi, pangkat Kapten Kehormatan dan cincin Siliwangi.

2.   Pernyataan terima kasih dari Inspektur Keuangan Angkatan Darat dalam memelopori pembentukan dan pembinaan Djawatan KUAD sejak 1945.

3.   Satyalencana Peristiwa Perang Kemerdekaan I.

4.   Pengangkatan sebagai anggota Dewan Pleno Pusat Legiun Veteran RI pada tanggal 24 Januari 1967 (pada waktu itu belum mendaftarkan diri sebagai veteran).

5.   Surat penghargaan dari Direksi BNI 46, tanggal 5 Juli 1976.

6.   Surat pribadi dari Pak Dirman, tanggal 1 Desember 1949, yang sungguh-sungguh mengharukan hati.

7.   Berbagai bintang dari negara-negara lain, waktu menyertai Presiden dalam kunjungan kenegaraannya, di antaranya yang disenangi adalah bintang AQUILA AZTECA dari Presiden Mexico, dan diangkat menjadi warga kehormatan Aqapulco.

Dengan SK BAKN tanggal 25 Agustus 1982 No.115/BPN/KNIP/5/1982 diberi tunjangan kehormatan sebagai anggota KNIP.

 

Kegiatan dalam organisasi

Anggota Jong Java mulai murid MULO, AMS B, dan duduk dalam PB Jong Java yang terakhir. (1928).

·  Anggota Jong Islamieten Bond (1926-1928).

· Anggota Indonesia Muda (1929-1931).

· Anggota Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (1931-1936).

· Setelah menjadi dokter menggabungkan diri pada Parindra dan setelah 1945 anggota PNI.

· Waktu di Yogyakarta (1946-1948) duduk dalam Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dengan susunan pengurusnya;

  • Ketua: Mr. Budiarto, Wakil Ketua: dr. Sukiman, Sekretaris: dr. Buntaran, Bendahara: dr. Soeharto, dengan anggota-anggotanya, antara lain: BPH Bintoro, H. Farid Ma'ruf, Mr. Mangunjudo, KRT Notojudo, KHP Nototaruno, Prof. Rooseno, Mr. Sunaryo, Dr. Priyono dan lain-lain.
  • Ketua Dewan Kurator adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Ketuanya adalah Ki Hadjar Dewantara.

 

· 1950 memprakarsai berdirinya Ikatan Dokter Indonesia sebagai fusi dari Perkumpulan Thabib Indonesia (ketua Dr. Rasyid) dan Perkumpulan Dokter Indonesia (dbp. dr. Darmasetiawan), dalam IDI, semula duduk dalam PB sebagai sekretaris dan kemudian beberapa kali sebagai ketua umum.

·  Anggota Dewan Ekonomi Indonesia Pusat (DEIP).

· Akhir 1957 memprakarsai berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana menjadi Ketua Pengurus pertama sampai akhirnya masuk dalam kabinet.

· Selaku Ketua Umum PB IDI hadir pada First World Conference on Medical Education (London 1953), memasukkan IDI dalam World Medical Association, waktu menghadiri General Assembly di Den Haag tahun 1953, mengetuai tim dokter ke RRC, tahun 1956, dan berpartisipasi dalam pendirian CMAAO (Confederation of Medical Associations in Asia and Oceania) di Manila; CMAAO ini, tahun 1981 mengadakan kongresnya yang ke XII di Seoul, Korea Selatan.

· Anggota Lions Club Jakarta Kebayoran sejak tahun 1971 sehingga sekarang, dan pernah memimpin organisasi Lions Indonesia sebagai District Governor 307 Lions Club International tahun 1978-1979. Pelantikannya berlangsung di Tokyo, Juni 1978.

· Dalam Muktamar IDI ke-XVIII, 19-21 Desember 1982 dipilih sebagai Ketua Dewan Penyantun, masa bhakti 1982-1985 dan sejak awal tahun 1984 oleh DPP PDI diangkat menjadi anggota Badan Penelitian dan Pengembangan Partai Demokrasi Indonesia.

 

Gelar Pahlawan Nasional dan Nama Jalan

Awal tahun 2022 Bupati Klaten Sri Mulyani menyatakan Pemkab Klaten mengusulkan nama R Soeharto untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah pusat. R Soeharto merupakan tokoh kelahiran Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten.

"Beliau ini (R Soeharto) menjadi dokter pribadinya Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Jasa beliau sangat luar biasa," ungkap Bupati Klaten, Sri Mulyani kepada detikJateng.

Dijelaskan Sri Mulyani selain menjadi dokter pribadi Bung Karno, R Soeharto juga memiliki banyak ide pembangunan yang dipakai Bung Karno. Bahkan juga pernah mengemban beberapa jabatan penting.

"Gagasan beliau, ide beliau didengar Ir Soekarno. Pernah menjabat beberapa menteri, kapasitas sangat mumpuni, serta layak dan tokoh ini kelahiran Klaten sehingga kita ingin ada tokoh Klaten yang jadi pahlawan Nasional," imbuh Sri Mulyani.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten resmi menetapkan ruas jalan Gebyok-Jimbung dengan nama Jalan Dr. R. Soeharto. Penamaan tersebut merupakan bentuk apresiasi dan penghormatan kepada Dr. R. Soeharto.

Bupati Klaten, Sri Mulyani hadir secara langsung untuk meresmikan Jalan Dr. R. Soeharto di Aula Kantor Desa Jimbung, Kalikotes, Jumat (27/5/2022). Penamaan Jalan Dr. R. Soeharto termaktub dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Klaten Nomor 662/157 Tahun 2022 dan memiliki panjang 2,71 kilometer dari simpang empat Gebyok sampai dengan simpang tiga Rawa Jombor.

Peresmian Jalan Dr. R. Soeharto ditandai dengan pembukaan selubung papan nama jalan oleh Bupati Klaten. Acara tersebut turut dihadiri pihak keluarga almarhum Dr. R. Soeharto dan sekaligus menerima SK penamaan ruas jalan tersebut.

Dr. R. Soeharto adalah putra asli Klaten kelahiran Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari dan dikenal sebagai dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta. Oleh Pemkab Klaten dan Pemprov Jawa Tengah, nama Dr. R. Soeharto diusulkan sebagai pahlawan nasional atas peran dan perjuangannya sejak berkiprah di Jong Islamieten Bond, menjadi pengurus besar Jong Java mengikuti Kongres Pemuda II (yang melahirkan Sumpah Pemuda). Perannya juga tercatat di Pusat Tenaga Rakyat dan peristiwa-peristiwa penting dan krusial sebelum dan pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, serta perannya dalam pendirian berbagai institusi penting negara.

Bupati Klaten Sri Mulyani mengatakan selain apresiasi, penamaan jalan ini juga sebagai bentuk upaya Pemkab Klaten untuk mendukung pengusulan gelar pahlawan nasional. Sehingga Dr. R. Soeharto dikenal luas oleh masyarakat, khususnya warga Klaten.

“Salah satu persyaratan pengusulan pahlawan nasional adalah namanya telah diabadikan melalui sarana monumental di daerah asal sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas dan Almarhum Bapak DR R Soeharto ini putra asli Klaten yang lahir di Desa Tegalgondo, calon pahlawan nasional pertama dari Klaten,” ungkapnya.

Adapun pemilihan ruas jalan tersebut dengan nama Dr. R. Soeharto yakni karena ruas jalan tersebut merupakan sambungan dari Jalan Ir. Soekarno yang telah diresmikan Pemkab Klaten sebelumnya. Perwakilan pihak keluarga, Dewi Kamaratih Soeharto menyampaikan letak ruas jalan tersebut menggambarkan kedekatan ayahanda dengan pemimpin bangsa sekaligus sahabat seperjuangan, Bung Karno.

“Melalui acara ini, kami berharap bisa menjadi bagian dari pembangunan Kabupaten Klaten, seperti nasehat Romo Dr. R. Soeharto kepada anak-anaknya agar menjadi manusia berguna, yang senang berbuat kebaikan, saling menasehati dengan kebenaran, serta bermanfaat bagi banyak orang,” paparnya.


Referensi

· Tautan Rahadian, Arief. "Mengenal Dr. R Soeharto, Sang "Bapak" PKBI". Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia. Diakses tanggal 16 November 2019.

·  Tautan Wikipedia Bahasa Indonesia, Soeharto Sastrosoeyoso.

· Artikel detik Jateng, Mengenal R Soeharto, Dokter Pribadi Bung Karno Asal Tegalgondo Klaten. Buku Saksi Sejarah, DR. R. Soeharto (1984). Jakarta, PT Gunung Agung.

·  Artikel Website Pemkab Klaten, Ruas Jalan Gebyok-Jimbung Resmi Dinamai Jalan Dr.R.Soeharto

·  Buku Saksi Sejarah, DR. R. Soeharto (1984). Jakarta, PT Gunung Agung.




 


DUKUH SANGGRAHAN TEMPAT ASAL IBUNDA PAHLAWAN NASIONAL H. Dr. R. SOEHARTO SASTROSOEYOSO

Ibundanya memiliki bakat dalam mengobati dan menyembuhkan orang sakit, ternyata pekerjaan mulia tersebut menurun kepada putranya H. Dr. R. S...